Saksikan Sembelih Qurban Bikin Anak Trauma? Nggak Tuh.

Menyembelih hewan qurban dan memrosesnya dengan melibatkan anak-anak, memberi pengalaman edukatif yang sangat berharga bagi mereka. Apakah anak-anak tidak trauma? Tidak. Bahkan inilah momen yang tepat untuk mengajarkan adab terhadap hewan; betapa saat menyembelih pun tetap harus berlaku baik serta santun kepada sembelihan. Melibatkan anak saat menyembelih, berbagi tugas memotong hingga mendistribusikan juga memudahkan menumbuhkan tekad berkurban pada diri anak.

Setiap tahun SDIT Hidayatullah Yogyakarta melakukan penyembelihan hewan qurban, sapi maupun kambing, melibatkan anak-anak kelas atas, yakni dari kelas 4 hingga kelas 6. Tapi murid kelas 1-3 pun antusias ikut, meskipun mereka tidak secara khusus dilibatkan. Mereka tidak diminta datang ke sekolah, tetapi boleh ke sekolah jika ada mengingini.

Apakah tidak mungkin ada yang trauma? Mungkin saja, yakni mereka yang memang lemah jiwanya. Tapi sejauh ini tidak pernah ada yang trauma. Jika pun ada yang berkecenderungan lemah, kita kuatkan dulu. Tidak mendadak. Tapi melalui proses yang menyatu dengan pelaksanaan pendidikan. Alhamdulillah, selama ini tak ada anak yang mengalami trauma pasca penyembelihan hewan kurban. Mereka baik-baik saja.

Ada orang yang tidak perlu melihat penyembelihan hewan kurban, lihat ayam atau tikus tertabrak pun sudah lemas dan tak mau makan seharian. Saudara-saudara kita yang seperti ini shock bukan karena penyembelihan hewan qurban, lha melihat ayam disembelih pun sudah merinding bulu kuduknya. Maka mengait-ngaitkan dengan penyembelihan hewan qurban adalah sangat naif.

Anak saya yang sekarang usia 4,5 tahun pun, tak terganggu jiwanya karena melihat proses penyembelihan hewan qurban. Bahkan tahun lalu pun ia turut serta menyaksikan. Alhamdulillah, tak guncang jiwanya, tak bermasalah mentalnya.

Anak saya yang kelima dan keenam (masing-masing sekarang kelas 3 dan 2 SD) sekarang justru sangat besar keinginannya untuk dapat turut serta berperan Idul Adha mendatang. Insya Allah seorang dari mereka mulai menabung untuk qurban. Semoga istiqamah dan kokoh keinginannya.

Penyembelihan, proses menguliti hingga pembagian melibatkan guru, karyawan sekolah maupun para murid. Ini memberi pengalaman sangat berharga.Penyembelihan, proses menguliti hingga pembagian melibatkan guru, karyawan sekolah maupun para murid. Ini memberi pengalaman sangat berharga.

Membantu guru sekaligus terlibat menguliti memberi pelajaran penting betapa pentingnya ilmu agar dapat melakukannya dengan mudah, cepat dan tidak menimbulkan kurang sedap (prengus) pada kambing maupun domba.
Membantu guru sekaligus terlibat menguliti memberi pelajaran penting betapa pentingnya ilmu agar dapat melakukannya dengan mudah, cepat dan tidak menimbulkan kurang sedap (prengus) pada kambing maupun domba.

Murid-murid yang laki-laki di SDIT Hidayatullah bertugas memisahkan daging dari tulang. Sedang murid yang perempuan memotong-motong lebih kecil dan membaginya ke dalam kantong untuk didistribusikan.
Murid-murid yang laki-laki di SDIT Hidayatullah bertugas memisahkan daging dari tulang. Sedang murid yang perempuan memotong-motong lebih kecil dan membaginya ke dalam kantong untuk didistribusikan.

Anak-anak antusias menyaksikan proses penyembelihan sapi qurban. Ini memudahkan sekolah membangun motivasi untuk gigih berusaha agar dapat mengeluarkan qurban di masa mendatang.
Anak-anak antusias menyaksikan proses penyembelihan sapi qurban. Ini memudahkan sekolah membangun motivasi untuk gigih berusaha agar dapat mengeluarkan qurban di masa mendatang.

Para siswi membagi-bagi dalam kantong. Para guru yang mengajarkan, mendampingi dan memberi contoh bagaimana menakar dan memperkirakan agar ukurannya seimbang.
Para siswi membagi-bagi dalam kantong. Para guru yang mengajarkan, mendampingi dan memberi contoh bagaimana menakar dan memperkirakan agar ukurannya seimbang.

-----------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages